Salah satu pengarang favorit saya sekarang namanya Raditya Dika. Kalo yang tinggal di Indo kayanya pasti tau deh. Orangnya terkenal asal, ngocol, gila, lucu, dll. Tapi kalau semua kegilaan itu dikesampingkan, orangnya sebenernya keliatan pinter, kebaca dari cara nulisnya dan pemikirannya juga. Jadi intinya, dia itu nulis dengan ngasal tapi berbobot... Bingung kan? Iya, saya juga bingung.. Di tengah2 nge-boomnya chick lit Indonesia yang banyak digandrungi anak2 muda, dia berhasil bikin buku yang jauh lebih entertaining dari chick lit2 itu, sama ringannya, tapi ga kacangan meskipun lakunya kaya kacang...
Dia juga rajin nge-blog, mungkin sekalian juga buat promosi buku2nya, Cinta Brontosaurus, Kambing Jantan dan yang baru mau keluar, Babi Ngesot.. Dan kalo saya lagi ga ada kerjaan, ato ga pengen ngerjain apa2, ya saya suka mampir2 ke blognya just to get entertained. Nih blog postnya dia yang terakhir, just coz I thought it's interesting:
Rasa Selai Kacang Itu…March 26th, 2008
Before we hit anything off, gue bakalan ada di talkshow di Bandung, see ya there people!
Tempat: Universitas Parahyangan, Jln. Ciumbuleuit, BandungWaktu: jumat, 28 maret 2008, jam 13.00 - Selesai
–
Oke, here goes…
Salah dua film favorit gue adalah Before Sunrise dan Before Sunset. Bener-bener filmnya bener-bener thought-provoking abis. Waktu itu, setelah nonton keduanya, gue langsung ajak temen gue ke Coffee Bean, dan kita ngomongin beberapa line-line dalam film itu, yang menurut kita… it’s so freakin true. Salah satu line yang paling memukau kita adalah ini, yang diucapkan oleh Celine, karakter utama wanita dalam film itu: The idea that we can only be complete with another person is evil! Right?
Ya, gue setuju. Jahat banget. Pemikiran yang bilang, ‘Kita hanya bisa sempurna jika ketemu dengan soulmate kita’ adalah sesuatu yang jahat. Bagaimana kita bisa tahu itu soulmate kita? Bagaimana kita bisa yakin, terhadap orang yang kita cintai bahwa dia… memang the one. Lagian, apa pula konsep “the one” itu? Konsep yang berkata kita hanya sempurna dengan orang lain, adalah konsep yang benar-benar absurd.
Di dalem Coffee Bean yang surprisingly sepi hari itu, dia duduk di depan gue,Gue meneguk iced cappucino yang gue pesan setengah jam yang lalu.
Dia: Kenapa sih kita baru bisa dibilang komplit dengan kehadiran orang lain itu?Gue: Maksud lo?Dia: Kenapa gak dengan kehadiran sebuah barang, atau… atau hobi? Baru kita bisa dibilang komplit? Kenapa harus dihubungkan dengan orang lain? Kenapa kesempurnaan kita, sebagai manusia, harus diindikasikan dengan kita bertemu dengan soulmate kita?
Bener juga sih… Bagaimana dengan para jomblo abadi, yang mungkin mati sendirian? Bagaimana dengan orang yang memilih untuk tidak pernah mencintai orang lain? Atau, ini yang paling parah: Bagaimana dengan orang yang cintanya selalu bertepuk sebelah tangan?
Unrequited love, atau cinta yang tak berbalas, rasanya adalah hal yang paling bikin ngais tanah yang bisa terjadi pada diri kita. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya, seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.
Sedangkan, perjuangan melawan cinta adalah perjuangan melawan ingatan. Bagi orang yang cintanya tak berbalas, melupakan seseorang adalah tahap yang paling krusial sekaligus paling susah untuk dilakukan. Bengong dikit, keinget dia lagi. Nyoba kenalan sama orang baru, eh inget lagi. Makanya, sekarang ada istilah “mentok” yang dipakai untuk menggambarkan orang yang gak bisa move on. Sedihnya, dan gak ada istilah “bablas”.
Kita ngobrol ngalur-ngidul sampai Coffee Bean tutup dan Mas-Masnya mengusir kita pulang.Di mobil, dia duduk di sebelah gue. Begitu deket dengan rumahnya, gue bilang…
Gue: Unrequited love itu gak enak banget. Kayak itu, tau gak, katanya Charlie Brown di komik
Peanuts: Tidak ada yang bisa menghilangkan rasa selai kacang seperti cinta yang tak
berbalas.
Dia: “Nothing takes the flavor out of peanut butter quite like unrequited love.”
Gue: Ya, bener. Semuanya jadi gak ada rasanya.

Kita berdua diem.
Dia: Kalo elo, pernah gak dapet cinta yang tak berbalas?
Gue: Pernah.
Dia: Oh ya?
Gue: Iya.
Satu hal yang tidak dia tahu adalah, gue pernah suka banget sama dia. Dan dia, waktu itu, tidak pernah menunjukkan hal yang sama. Ini yang ironis, dia adalah orang yang menghilangkan rasa selai kacang di lidah gue.
4 comments:
PERTAMAXX!!!
mumpung gada kerjaan ni..
ngasi komen ah!
hehehe..
"gw" pernah ngalamin
cuma rasa selai kacang nya ga sampe ilang si
malah dia ngasi selai nenas..
[ga jelas, biasa udah mau subuh nulisnya]
selain si kambing & babi, ada lagi yang menarik untuk dibaca: www.hermansaksono.com;
pintar, tulisan2nya fresh and so entertaining in a different way.try it!
oh! kambing jantan punya blog! thanks for the info.. gw kira dia udah fokus nulis buku n tidak mengeblog lagi..
@ jonks: Hahaha sadar sendiri ya kalo ngomongannya ga jelas.. Makanya.. jangan tidur subuh2..
@ anonymous: linknya dicoba ga bisa tu.. Mungkin salah spelling kali ya. Tapi makasih loh dah dikasih tau..
@ alice: Iyaaaa gw ngecek hampir tiap hari kali.. Meskipun kadang2 suka ga penting tapi gw tetep aja entertained..
Post a Comment