Pages

Monday, July 12, 2010

Jedug... Jedug...

Suara kepala saya membentur-bentur meja berharap neuron di dalam otak saya me-restrukturisasi dirinya sendiri sehingga ketika saya selesai tiba-tiba saya berubah menjadi... JENIUSSS!!! Lalu saya berhenti, kembali membuka mata, mengelus jidat tidak bersalah yang kini sedikit merah dan menyadari bahwa kalau dalam mimpi pun Tuhan tidak mengabulkan permintaan bodoh nan egois seperti itu, apa yang membuat saya berpikir bahwa usaha saya barusan akan berhasil.

Yak, kembali saya menatap kosong perangkat lunak yang belum saya mengerti bagaimana cara pemakaiannya. Lalu, beralih ke catatan pribadi pembelajaran saya yang hampir penuh dan harus diganti sebentar lagi. Catatan yang bukan saja menjadi saksi asimilasi ilmu secara perlahan-lahan, tapi juga korban keluhan kepenatan sekaligus teriakan motivasi. "Why is this frustrating", "I can do this!", "Oh no...", dan "pusing... pusing..." adalah beberapa yang terdokumenkan.

Lalu saya teringat kata-kata bijak seorang mentor, "Ketika kita lagi terjebak dalam mencari solusi dan terbentur oleh suatu halangan, kita itu seperti mainan wind-up toy yang berada pas di depan pintu." Saya ga ngerti bahasa indonya wind-up toy apa yah, ya semacam mainan yang berjalan maju kalau sekrupnya diputar dulu. Si robot wind-up toy ini terjedot pintu, terdorong mundur, lalu maju terjedot lagi, dan begitu berulang-ulang sampai akhirnya simpanan energi pegasnya habis dan dia termenung lunglai. Kalau si robot tidak sebegitu keras kepalanya, sebenarnya dia bisa melihat sekeliling, dan berputar (atau diputar) beberapa derajat sebelum berjalan lagi. Mungkin dengan begitu dia bisa menyadari bahwa pintu sebenarnya terbuka lebar dan dia bisa berjalan sedikit memutar untuk masuk ke ruangan selanjutnya.

Biasanya cara yang paling ampuh untuk menemukan jalan lain adalah dengan ngobrol sama orang. Kalau bisa tentunya dengan orang yang lebih berpengalaman dan tau lebih banyak. Kalau tidak ada orang yang bisa ditanya, ngobrol dengan siapa saja juga membantu, sekedar membicarakan hal-hal lain dan menyadari bahwa kita tidak akan mati dipenggal bos (atau profesor) kalau belum bisa memecahkan masalah ini. Jalan-jalan keluar, olahraga sebentar, atau minum mango black tea with pearls (slurp!!) juga bisa menjadi cara ampuh menyegarkan otak. Atau seperti apa yang saya lakukan sekarang, berteriak mengeluh di dunia maya, di mana saya tidak bisa disentuh oleh siapapun dan apa yang dalam pikiran saya bebas keluar tanpa terbaca oleh prof (errr... makanya nulis pake bahasa Indo).

Saya belajar banyak berada di sini: menghadapi stress tanpa menyakiti dan bunuh diri salah satunya, hehe. Belajar menikmati apa yang saya klaim menjadi lentera hidup saya meskipun banyak yang tidak dimengerti dan banyak teka-teki tidak terpecahkan. Belajar mensyukuri semua hal sampai yang kecil-kecil dan terlihat insignifikan. Belajar mengakui bahwa di atas langit ada langit dengan lapisan-lapisan atmosfirnya sekaligus jagat raya yang dipenuhi planet-planet belum bernama. Dan di atas semuanya itu ada Tuhan yang mencium lembut kening merah saya dan memastikan bahwa saya tidak gila.

No comments: