Banyak kata-kata yang kita sering sekali dengar, sampai maknanya hilang. Sampai saya tidak sadar lagi, sebetulnya ini maksudnya apa ya? Salah satunya adalah "Juru Selamat". Istilah lain yang menggunakan kata juru itu biasanya juru kunci, seperti Almarhum Mbah Maridjan, yang sekarang digantikan anaknya Mbah Asih. Atau ada juga juru masak alias koki. Dan tentunya kita mengenal sekolah kejuruan, yang mana melatih murid-muridnya untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Jadi kata "juru" bisa diartikan seorang yang pandai / ahli / terampil. Ketika dipadukan dengan "Selamat", ya maksudnya adalah seseorang yang ahli dalam menyelamatkan orang lain. Mungkin seharusnya ini dinobatkan ke orang-orang seperti dokter ya, atau mungkin para life guard seksi ala Baywatch?
Di era pandemi seperti ini, tentunya kita semua sangat membutuhkan si Juru Selamat. Kita mengharapkan keluarga kita selalu sehat, bisnis kita tidak hancur, kita tidak dipecat. Apalagi sekarang masuk musim penghujan, sehingga orang berdoa agar tidak banjir, lampu tidak mati terus. Begitu banyak ketakutan di tahun 2020 ini. Kita seperti diterjang dari semua sisi. Tuhan seperti sedang balas dendam. Lalu kalau Juru Selamat itu adalah Tuhan Yesus, bagaimana kita justru memanggil dia kalau merasa semua ini adalah karena Tuhan yang sedang marah? Orang sedang ngamuk kok malah didatangi, apa tidak cari masalah namanya.
Di masa Advent ini, kita mulai merenungkan kembali, Tuhan Yesus yang sering kita panggil sebagai Juru Selamat ini, sebetulnya datang mau menyelamatkan apa, ya? Saya membaca kalau ya dia menyelamatkan kita dari hal-hal yang buruk di mata manuisia. Karena dia Tuhan, sekali sentuh saja bakteri pada kocar-kacir sehingga orang-orang langsung sembuh. Ketika sedang badai, dia datang dan suruh angin diam. Memang, dia seperti tombol emergency, datang ketika kita butuh agar keadaan yang kacau menjadi baik lagi. Tapi sesungguhnya, yang paling utama dari semua itu adalah dia datang menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.
Semakin dewasa saya juga semakin menyadari bahwa musuh terbesar saya adalah diri saya sendiri. Saya perlu diselamatkan dari dosa-dosa saya, sungguh. Contoh kecil adalah di kantor. Di situasi yang terjepit dan banyak kesalahan, saya sering kesal dan marah. Begitu juga dengan orang lain atau atasan-atasan yang mungkin memberikan tekanan dan marah sama saya. Suasananya jadi tidak nyaman, saya tergoda lihat-lihat kerjaan lain, atau saya pulang lelah rasanya. Saya berdoa Tuhan tolong kasih kelancaran bagi pekerjaan saya, lindungi kami, semoga di rapat saya tidak dipermalukan. Semua doa saya intinya Tuhan tolong sertai dan selamatkan saya dari hal-hal jahat. Namun saya lupa berdoa diselamatkan dari dosa-dosa saya sendiri, yang mungkin berpikiran negatif terhadap orang lain, memiliki sumbu yang pendek, sulit memaafkan kesalahan orang, bersungut-sungut, bergosip, memandang rendah diri saya sendiri, dan lain-lain. Semua itu dosa-dosa saya yang sulit sekali saya usahakan untuk berubah dan memerlukan karunia Tuhan. Saya rasa kalau saya bebas dari dosa-dosa itu, dengan sendirinya hari-hari saya lebih ringan, ya.
Kembali ke 2020 tahun yang lalu, ke seorang anak muda bernama Yusuf. Si tukang kayu yang syok mau pingsan ketika tahu bahwa pacarnya hamil. Mana pacarannya baru sebentar lagi kan, terus orang tuanya marah-marah, dan orang tua Yusuf sendiri malu banget. Dan Yusufnya sendiri juga mau marah dong, karena udah jelas bukan dia yang ngehamilin, ini punya pacar kegatelan sama cowok mana nih? Drama, ya, guys. Tapi di pesan malaikat untuk Yusuf, dikatakan dengan jelas bagaimana Yusuf harus bersikap, dan juga mengapa Tuhan datang.
"Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakannya Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."(Matius 1:20-21)
Bukan dari wabah penyakit, dari bencana alam, dari masalah-masalah keluarga dan pertemanan, dari hutang-hutang kita yang tidak kebayar-bayar, apalagi dari isu-isu cemen di kantor atau kegalauan kita akan masa depan. Tapi menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, alias dari kebobrokan diri kita sendiri.
Bukankah itu juga yang kita doakan ketika kita berdoa Bapa Kami? "Ampunilah dosa kami.... Bebaskan kami dari yang jahat..." Karena itulah akar dari penderitaan kita, ketika kita jauh dari Tuhan dan dikelilingi ego dan dosa kita sendiri.
Masa Advent ini adalah masa penantian akan kedatangan Juru Selamat kita. Secara simbolik tentunya karena Tuhan Yesus sudah datang. Namun masa ini digunakan untuk mengingatkan kita kembali tentang apa yang kita nanti-nantikan, tentang bagaimana Dia datang dan masuk dalam hidup kita. Jangan tunggu Natal tiba, pelan-pelan buka pintu. Kalau belum siap, buka jendela dulu, Seberapa berantakannya hati kita, belum kita pel, pecahan kaca di mana-mana, senjata pembunuhan yang belum sempat kita sembunyikan, ga papa. Karena, justru itulah kenapa Tuhan Yesus datang.
Buat bantuin kita bersih-bersih.
Happy Advent Week 1, everybody!