Pages

Wednesday, July 06, 2011

Klik

Aku tidak secantik dirimu, apalagi selangsing dan tinggi semampai sepertimu. Aku juga tidak seramah atau sesosial kamu. Temanku tidak sebanyak itu, dan aku pun tidak gaul. Dikeramaian, aku lah yang ditemukan disudut, terdiam, ingin pulang. Tapi kulihat kau menjelma menjadi kupu-kupu yang terbang dan hinggap di setiap acara. Dengan rok terusanmu yang modis, dengan luwes kamu berjalan ke sana ke mari, selalu dikelilingi teman-temanmu. Tertawamu sangat lepas, seakan semua tanggung jawab sudah selesai, karena mereka bukan masalah bagimu, karena dengan kemampuanmu, apa lah yang tidak terselesaikan. Teman-temanmu setia menemani keceriaanmu, siap berbagi moment-moment terindahmu, sedangkan aku, berkutat dengan hitunganku di malam minggu.

Sayangnya, aku juga tidak sepintar kamu. Untuk lulus dari sekolah ini aku masih setengah mati. Aku takut. Tapi kulihat bagimu lulus tidak masalah. Dengan toga, bunga, dan segenap keluarga, kau berfoto bahagia di depan gedung almamatermu. Tak tau kah kamu betapa inginnya aku mencapai titik itu. Bagimu, belajar ditemani Xbox adalah hal yang biasa. Aku tak habis pikir bagaimana caranya sambil bergulat di dunia fana, engkau melirik-lirik ke buku pelajaran, dan semuanya sudah cukup. Bukan hanya cukup, tapi jauh lebih dari itu. Sedangkan aku, bukan kah sudah aku katakan? Aku berkutat dengan hitunganku di malam minggu.

Bagaimana caranya kamu mendapat pekerjaan langsung sebelum lulus, aku tidak tau. Yang ku tau sekarang masa resesi, dan cari kerja itu susah. Kalau dipanggil interview saja sudah senang bukan main. Beruntunglah kamu, semulus itu jalanmu.

Kulihat pula kamu dengan pacarmu. Sungguh manis. Kamu cantik, dan dia ganteng. Setahuku, dia beberapa tahun di atasmu dan sudah bekerja dengan mapan. Ketika dia mengusap punggungmu dan sesekali kulihat dia mencuri kesempatan untuk mencium wangi rambutmu, aku tau betapa jatuh hatinya dia. Sering kali kamu hanya memandangnya, tapi tanpa bersentuhan pun, kalian seperti satu. Dan aku rasa, saat kamu sudah memasuki tahun kedua di perusahaanmu, dia akan membawamu kembali ke tempat pertama kalian bertemu untuk berlutut dan memberimu cincin.

Ketika kupikir lebih lanjut, kamu pun lebih jago dariku dalam olahraga, juga musik. Kalau ada malam seni, kamu yang bernyanyi. Kalau ada pekan olahraga, kamu yang bermain basket. Kalau ada beasiswa, kamu yang mendapatkan. Dan aku hanya tertegun melihatmu jalan-jalan melanglang buana dengan didanai beasiswamu itu. Ke Eropa, berfoto pura-pura menopang menara Pisa.

Kamu, kamu, kamu, dan kamu, dan 1097 kamu lainnya. Kalian menjadi sempurna. Tidak mungkin ada bagian dari diriku yang lebih dari kalian. Tak perlu lah aku saingi bayangan kesempurnaan kalian. Tak perlu juga lah aku saingi bayangan ketidaksempurnaan kalian. Aku bohong, aku tidak sedang bekerja. Klik. Kumatikan halaman itu. Nah, sekarang baru aku berkutat dengan hitunganku di malam minggu. Agar aku bisa keluar makan malam dengan sahabatku nanti, menelfon pacarku, dan lulus untuk segera mencari fulus.

2 comments:

selvyna said...

Vid, ini tentang kamu? ah, tentang siapa pun ini, yang pasti entry nya baguuuus banget.... apa adanya dari hati seorang wanita....disajikan sederhana tapi cukup mengena karena ternyata banyak di luar sana yang suka ngebanding - bandingin dirinya dengan orang lain kayak gitu juga.... keep writing ya, Vid! :)

Vidia Paramita said...

Thanks for the encouragement vyn! hmm mulainya gara2 sebel sama diri sendiri kebanyakan FBan.. tapi isinya campur2 si, ada yang aku, ada yang temen yang bilang pengen diposisiku (padahal aku pengen diposisi dia.. haha..), ada yang orang laen, ada yang cuma kepikiran doang.

Update blog dongs :) Biar ada hiburan :)