Saya punya teman, yang sewaktu kecil, sangat iri dengan adiknya. Sebuah fenomena yang tidak jarang ditemukan di anak-anak yang baru saja mempunyai adik bayi, karena mereka merasa tidak diperhatikan sepenuhnya lagi, dan segalanya tiba-tiba harus dibagi. Dibagi rata, kebanyakan, meskipun sebagai kakak porsi dahaganya mungkin lebih besar. Saking jengkelnya, suatu hari, dia menjepit hidung adiknya berharap adiknya berhenti bernafas. Untuuuung saja tidak terjadi sesuatu yang fatal. Akhir dari kejadian itu tidak saya dapatkan. Mungkin orang tuanya datang menolong, atau dia masih terlalu bodoh untuk mengerti bahwa manusia mampu menghirup lewat mulut. “Sibling rivalry”, itu lah yang sering kita dengar. Tapi sesungguhnya “rivalry” jenis ini lah yang menurut saya sebuah cinta berbentuk unik, sangat berbeda dari gaya cinta lainnya, dan sesuatu yang jarang kita hargai.
Ingatkah kita apa yang Darwin katakan di teorinya? Dia bilang species-species yang bertahan hidup adalah mereka yang paling mencocokkan diri dengan keadaannya. Istilah kerennya “survival of the fittest,” bukan yang paling kuat, paling besar, atau paling pintar. Bahkan, bukan pula yang sudah paling lama merajai dunia. Oleh karena itu, ketika seorang adik dilahirkan, terpaksalah si kakak beradaptasi. Bayangkan kalau dia tetap memaksa merasa dirinya anak tunggal, yang ada pasti dia kena marah dan hukuman terus atas keegoisannya. Si adik pun, sadar tidak sadar, harus tau bahwa dari detik dia dilahirkan, sudah ada predator yang siap mengganggu ketenangannya sehingga dia harus pintar-pintar menjaga diri. Survival of the fittest ini lah pelajaran paling penting di dunia, yang ternyata tidak dapat diajarkan oleh orang tua, karena mereka terlalu lembut sama kita, atau pun ibu guru, karena mereka lebih mementingkan matematika. Tapi seorang saudara, memberikan itu secara cuma-cuma. Si adik yang dipencet hidungnya, harus menyadari bahwa terkadang, udara pun bisa mahal harganya.
Lepas dari segala pertengkaran berebut mainan, buku, remote TV, dan perhatian, saya sebagai adik harus mengakui bahwa saya memandang tinggi kakak saya. Kebiasaan dari kebanyakan adik-adik adalah mengikuti. Kalau si kakak suka trend A, seketika trend A itu terlihat sangat keren. Kalau dia senang menggambar, adiknya pun ikut corat-coret. Kalau dia bersikukuh minta dibeliin buah kesemek, adiknya juga jadi pengen makan buah kesemek, walaupun tidak tau apa itu sebenarnya. Secara naluri, itulah yang adik-adik lakukan. Kenapa? Selain karena ga mau kalahan dan juga just for the sake of being annoying, menurut saya inilah teknik survival dasar yang kedua yaitu “the trodden path is the safest”. Jalan yang sudah sering dilalui menunjukkan bahwa jalan itulah yang teraman. Sehingga dengan gampangnya adik-adik berjalan di setapak yang ilalangnya sudah ditebangi oleh kakaknya, makan segala yang sudah dipastikan tidak beracun oleh kakaknya, dan mencoba hal-hal yang menyerempet bahaya tapi tidak membunuh, seperti apa yang sudah dilakukan oleh kakaknya. Dan di saat-saat kepepet dan tertangkap basah oleh orang dewasa kita sedang melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan, dengan cerdiknya kita bisa mengeluarkan senjata terampuh: “Tapi… tapi… tadi si kakak duluan yang kaya gitu…” (tampang memelas, mata berkedip-kedip are highly recommended).
Dan pada suatu saat yang berbahagia, akan sadarlah si adik kecil ini bahwa walaupun selama ini dia sudah berhasil melalui semuanya dengan aman, dia harus mengganti strategi hidupnya. Ini disebabkan karena pada akhirnya, dia menyadari bahwa tinggal di bawah bayangan itu sangat SANGAT berbahaya. Di Discovery Channel, ada program yang judulnya Dual Survival. Berulangkali mereka tegaskan, salah satu hal yang paling penting untuk dimiliki ketika menunggu untuk ditemukan tim SAR adalah api. Dengan api kita bisa masak daging dan membunuh kuman-kuman di air kotor, dengan api tubuh kita dihangatkan dari dinginnya malam dan dengan api kita bisa memberi sinyal penyelamatan. Perlu diketahui, di bawah bayang-bayang, kita tidak bisa memusatkan sinar matahari untuk membuat api!! Mungkin pertamanya susah untuk menyadari hal ini. Tapi lalu tanda-tanda pertama biasanya datang ketika kita merasakan bahwa meniru jalan si kakak ternyata tidak membawa kebahagiaan. Misalnya dulu saya dan kakak sama-sama dilesin piano. Dia, waktu senggangnya dipakai buat main-mainin piano sambil menikmati dan goyang-goyang badan. Kalau saya, bisa macet di satu lagu berminggu-minggu, dan boro-boro goyang badan, senyum aja males. Lalu tanda-tanda yang kedua biasanya datang ketika SMP, terutama kalau satu sekolah dengan si kakak. Kadang ada guru-guru yang bisa saja berkomentar iseng, “Wah, kok kakaknya gitu, adeknya begini…”. Atau tiba-tiba anak angkatan si kakaknya datang mendekati, “Oooh, jadi ini nih adeknya si A…Yuk, kita mapras!” Mampus!!! Dan akhirnya kenyataan itu datang juga, bahwa mengikuti hanya membawa kita ke keberhasilan yang terbatas (seperti China yang banyak menjiplak barang-barang atau Google+). Untuk sukses, kita harus berbeda, harus unik, dan sialnya harus menebang ilalang sendiri.
Dari masa SMA ke kuliah dan lebih dari itu, sepertinya masa-masa berantem hebat sudah selesai. Mudah-mudahan yang tertinggal hanya kenangan-kenangan baik yang bagus atau yang buruk, yang semuanya bisa ditertawakan. Dan yang terfilter dari semua itu adalah percakapan dan komentar-komentar jujur yang kalau diucapkan orang lain, mungkin membuat orang itu langsung masuk dalam daftar blacklist kita. Tapi berhubung yang mengatakan adalah saudara, kita bisa yakin bahwa se jleb jleb jleb apa pun yang dia katakan, ada cinta dibalik itu, dan ada gunanya buat kita. Sama seperti kejadian dulu-dulu, ketika bergulat dengannya membuat kita lebih kuat dan dikibuli olehnya membuat kita lebih berhati-hati. Tidak ada hari khusus untuk seorang kakak, tidak ada lagu, kartu, dan tepuk tangan. Di dunia ini, menurut saya mereka lah the most unsung and unexpected heroes. Pahlawan tanpa tanda-tanda. Yang membawa tameng, untuk melindungi sekaligus menjitak adiknya. Yang tanpa disadari, mengajarkan cara-cara bertahan hidup: beradaptasi, bersaing, bertaktik, dan mengetahui kapan harus mengikuti dan kapan harus berdiri sendiri. Makhluk yang aneh.
No comments:
Post a Comment