Pages

Monday, November 11, 2013

Ketok Magic

Shit, shit, shit, shit, shit... Kayaknya itu pertama kalinya saya ngomong shit yang terbanyak dalam 10 detik. Ceritanya, hari Sabtu kemaren, saya nabrak truk tronton. Mungkin lebih tepatnya, membiarkan mobil saya ditabrak oleh truk tronton. Intinya, saya pengen pindah jalur kanan, dan saya kira dengan kecepatan sekian sudah bisa melewati si truk. Tapi karena dia besar, dia sudah tidak bisa lihat sign kanan saya, dan ketika saya pindah jalur, dia tidak melambat dan akhirnya menabrak pintu kanan belakang mobil. Langsung jantung saya berhenti, dan keluarlah sumpah serapah pada diri sendiri. Dari kaca spion, terlihat bemper truk menabrak pintu saya yang remek kayak kaleng krupuk.

Untungnya hari itu saya sedang nyetir dengan nyokap, sehingga paling tidak saya ga sendirian gemeteran. Tapi meskipun kejadian itu sangat amat tidak menyenangkan, di hari Sabtu itu, saya merasakan kerahiman dari banyak orang. "Kerahiman" buat saya adalah kata yang agak aneh karena tidak banyak digunakan sehari-hari. Tapi dalam bahasa Inggrisnya itu artinya adalah "grace". Yang buat saya maksudnya adalah bahwa saya diberikan maaf untuk hal-hal salah yang salah lakukan, meskipun saya sendiri merasa mungkin ga pantes untuk dimaafin. Seperti ya contohnya tabrakan itu, apalagi karena itu mobilnya kakak saya. 

Jujur, saya udah siap-siap untuk dimarahin banyak orang. Yang ga hati-hati lah, sembrono ga perhatiin sekitar, ngerepotin lah, dan lain-lain. Dan juga sudah siap-siap untuk bokek secara mobilnya ga saya asuransiin. Maaf yang pertama saya dapatkan dari si supir truk. Saya bisa ngerti bahwa si supir truk pasti juga kuatir waktu lihat mobil saya ketabrak karena mungkin dia akan diminta ganti rugi. Jadi waktu saya buka jendela dan dia nyamperin, dia langsung marah-marah. Tapi setelah tau saya ga akan nyalahin dia, dia bilang, yaaa kalau truk saya sih ga kenapa-kenapa, tapi mobilnya ibu nih, kasian. Dan dia pun tidak meminta saya untuk bayar apa-apa ke dia. Maaf yang kedua adalah dari keluarga, dan bokap nyokap dan kakak saya, yang saya juga ga ngerti kenapa, tapi saya ga kena omel hari itu. Mungkin karena kasihan juga lihat saya harus bayar untuk perbaikan. Saya paling sebel kalau kena omel dan di-"merepet"-in. Dan ketika di saat saya merasa saya pantas untuk kena omel tapi ternyata tidak diomelin, bukan hanya lega, tapi saya bersyukur banget atas "kerahiman" yang mereka berikan.

Saya jadi lebih bisa mengerti mengenai maaf dan memaafkan. Seperti sebuah cerita tentang hutang puitang. Kalau ada si pemberi hutang, yang tiba-tiba mau menghapuskan semua hutang-hutang orang, orang yang mana yang akan lebih berterima kasih, yang hutangnya 10.000 rupiah, atau yang hutangnya 5 juta? Pastinya yang 5 juta dong ya. Dan lain kali kalau ada orang yang hutang ke dia, mungkin dia juga lah yang akan lebih mau menghapuskan, secara dia udah ngerasain gimana rasanya dimaafin orang. Sama juga dengan saya. Semakin banyak saya merasa kesalahan-kesalahan saya dimaafin orang dan dimaafin Tuhan, semakin banyak juga kemampuan saya untuk nantinya maafin orang lain (mudah-mudahan yah...).

Ada satu pengalaman yang buat saya aneh, yang saya saksikan. Waktu itu, saya dan seorang teman pergi ngajar anak-anak. Mereka mau ada persiapan manggung dan bernyanyi. Nah, saya itu kesellll soalnya anak-anaknya ini susah dikumpulin. Dan ada satu anak cowok, yang dia tidak mau datang, padahal dia adalah bagian dari penyanyinya. Ga mau datangnya bukan karena sibuk atau apa, tapi karena dia lagi asik main game di warung internet. Jadilah akhirnya kita mulai tanpa dia. Ketika istirahat, teman saya ini menyuruh salah satu anak untuk ke warung dan beli banyak cemilan buat kita. Waktu kita lagi nyemil-nyemil gitu, datanglah si anak cowok ini setelah dia selesai main. Saya kepingin langsung ceramahin dia dan kasih dia wejangan-wejangan. Tapi, sebelum saya bisa melakukan itu, teman saya dengan ramahnya menyapa dia, "Haloooo, sini-sini, makan dulu. Capek kan ya, baru dateng. Kita makan-makan dulu, terus nanti kamu bantu nyanyi dan foto-foto yah." Saya tercengang lihat teman saya kok super baik gitu, padahal ini anak udah mau digaplok rasanya. Si anak itu pun akhirnya mau bergabung dan bantu-bantu kita. Mungkin dia juga kaget kok diperlakukan seperti itu. Tapi ternyata itu lah ampuhnya cinta dan pengampunan, membuat orang berfikir dan tertegun, dan tidak mengerti bagaimana bisa kejahatan dan kesalahan dibalas dengan kebaikan.

Kembali ke cerita mobil. Siang itu juga, saya dan bokap pergi untuk perbaiki mobil. Saya baru menemukan lagi nikmatnya tinggal di Indonesia: ketok magic. Wah, ketok magic itu luar biasa; bukan bengkel, bukan montir, tapi abang-abang pinggir jalan yang bisa sulap. Selama ini, saya tau akan keberadaan ketok magic, tapi selalu saya pandang sebelah mata karena tempatnya biasanya kumuh, kotor, dan tidak jelas. Dan meski sudah saya lewatin berkali-kali, baru ketika saya butuh, saya benar-benar tau lokasi-lokasi ketok magic. Pak Sugeng, dengan logat jawa kentalnya meyakinkan saya bahwa yang penyok dapat diluruskan, yang baret dapat dicat ulang. Dan bayarannya pun, meski lumayan, ternyata tidak sampai separah yang saya bayangkan. Saya tidak jadi jatuh miskin.

Ketok magic di mata saya juga menjadi bentuk maaf dari segala kesalahan. Bokap saya menemukan penyok rahasia di bagian depan, hasil saya nabrak sedikit, yang tidak pernah saya ceritakan ke siapa-siapa. Gara-gara ke ketok magic ini lah dosa saya yang lampau terkorek juga. Hehehe... Si UKD (panggilan sayang mobil kakak saya), yang sudah bocel-bocel, mempunyai harapan untuk mulus kembali, bisa seperti waktu dibeli lagi. Hebat banget kan. 

Saya kadang-kadang tidak percaya kalau dosa-dosa saya bisa dihapuskan kembali. Tapi ketok magic ini memberikan ilustrasi yang tepat buat saya. Bahwa kalau saya datang ke hadirat Tuhan, yang seperti posisi si ketok magic yang meskipun ada di mana-mana tapi jarang saya perhatikan, saya juga bisa diperbaiki. Yang luka-luka diplester, yang koreng dikasih salep, yang bete-bete diberi kedamaian, dan yang salah-salah dikoreksi. Nanti saya jadi kinclong lagi. Bedanya, kalau diketok magic saya mesti bayar. Kalau ke hadirat Tuhan, semuanya gratis, saya tinggal datang dan ngaku, ini udah ketabrak di bagian mana aja, dan ongkosnya sudah dibayarkan.

Sore itu, si UKD udah ga remuk lagi. Ga bisa memang sampai mulussssss banget kayak baru, tapi cukup mulus. Dan biarlah ketidakmulusan yang kasat mata itu cuma kami sebagai pemilik yang tau, bahwa semua kesalahan ada konsekuensinya meskipun telah diperbaiki.

Akhir pekan lalu, saya belajar bahwa kebahagiaan membuat jiwa kita terangkat, tapi kesedihan membuat jiwa kita dalam. Saya belajar bahwa pengampunan membuat kita tertegun lalu bersyukur, dan mendorong kita untuk menawarkan hal yang sama kepada orang lain. 

Saya belajar bahwa selalu ada harapan dalam semua ketidaksempurnaan. Kadang harapan itu luar biasa, jelas dan besar. Namun sering kali harapan itu sederhana, datang dari tempat yang tidak disangka, dari orang-orang seperti keluarga, Pak Sugeng,  dan si supir truk tronton.

No comments: